SELAMAT DATANG DI SOLUSI HUTANG

Syarat Sah Iman, Apa Sih Syarat Sahnya Iman?

Syarat Sah Iman
Apa Sih Syarat Sahnya Iman?

Dalam Riayatul Himmat KH. Ahmad Rifai mengkategorikan kepasrahan (taslim) dan ketundukan (inqiyad) sebagai syarat sahnya Iman. Dalam pengertian, iman itu tidak sekedar meyakini tentang keenam hal, tetapi ia juga jawarih harus nampak kepasrahan dan ketundukan dalam perilaku manusia sehari hari. Kalau seandainya ia beriman bahwa Allah Zat yang Maha Mengetahui, dan mengimani keberadaan malaikat pencatat amal perbuatan manusia, maka konsekwensinya ia harus meninggalkan larangan dalam suasana ramai maupun sepi. Karena dimanapun tempat disitu ada penglihatan Allah. Dan ada buku besar malaikat yang mencatat tiap tingkah amal perbuatan manusia.

Taslim dan inqiyad itu sebuah proses ketundukan penuh tanpa menawar dulu. Dalam ketundukan yang pasrah ini akal tak boleh menawar dengan satupun pertanyaan. Kepasrahannya laksana perawan di malam pertama, ia tak mengelak karena rasa sakit yang akan dideritanya; ia tak kan membantah dengan akalnya yang menjangkau suatu hari sampai masa 9 bulan ia akan kesusahan mengandut janin, dan merasa pesakitan tatkala jabang bayi kepingin melihat sinar matahari. Ia hanya pasrah pada pasangannya.

Taslim dan Inqiyad di tauladankan Musa pada peristiwa pengejaran Musa dan umatnya oleh Firaun. Perintah yang datang dari Tuhan menyuruh Musa untuk terus lari ke arah laut. Kalau boleh menawar dengan nalar, Musa akan bilang: “Tuhan kenapa kok perintahnya lari ke pantai, padahal Engkau tak menyiapkan kapal untuk rombonganku, bukankah lebih aman ke hutan atau ke pegunungan, karena disana ada gua untuk bersembunyi ada hutan untuk mengecoh pasukan Firaun?”

Tapi karena ketasliman dan keinqiyadan Musa kepada semua perintah Allah, maka nalar yang semacam itu bukan saatnya yang tepat untuk membantah perintah Allah. Ia hanya ikut pada apa yang diperintahkan Juragannya. Padahal waktu itu juga banyak kaumnya yang protes pada Musa tentang jalan yang terasa salah diambil oleh Musa. Tapi ketasliman itu melebihi sekedar daya jangkau nalar, tiba-tiba ada perintah dari Tuhannya:Idzrib biashokal bahr (pukulkan tongkatmu ke laut) maka laut terbelah dan menjadi jalan bagi Musa dan kaumnya. Maka ketika kita dari dulu melihat shalat kok gerakannya tak pernah berubah, kita gak usah bikin kreatifitas shalat, terus menambah gerakan shalat dengan layaknya tari jaipongan. Kita cukup taslim dan inqiyad saja.

فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّىَ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجاً مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسْلِيماً
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. QS. An-Nisaa ayat: 65
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...